Filosofi dan Tuah Keris Sempono Bungkem
Ilustrasi Keris Sempono Bungkem |
Keris Sempono Bungkem sangat populer dikalangan kolektor dan penggemar Tosan Aji karena selain sangat langka, Keris ini juga dipercaya memiliki daya ghaib yang sangat ampuh.
Ciri khas Keris Sempono Bungkem terdapat pada ricikan kembang kacangnya yang bungkem atau menempel pada ghandiknya. Itulah kenapa Keris ini dinamakan Sempono Bungkem karena kembang kacangnya memang sengaja dibuat bungkem.
Keris Sempono Bungkem termasuk salah satu dhapur Keris yang sangat langka dan jarang sekali dijumpai. Tapi peminat Keris Sempono Bungkem sangat banyak karena Keris ini dipercaya memiliki tuah / angsar yang sangat kuat.
Keris Sempno Bungkem dipercaya memiliki tuah yang ampuh untuk penundukan dan pambungkem sehingga banyak dicari oleh orang-orang yang berprofesi sebagai hakim, jaksa, pengacara, sampai para pejabat tinggi pemerintahan untuk dijadikan sebagai piandel.
Baca juga: Filosofi dan tuah Keris Sempono luk 9
Tuah Keris Sempono Bungkem:
Daya magis Keris Sempono Bungkem dipercaya dapat mempengaruhi atau menundukkan lawan bicara sehingga akan membuatnya patuh dan tunduk pada semua perkataan pemilik Keris ini.
Banyak yang percaya jika Keris Sempono Bungkem cocok dimiliki oleh orang-orang yang profesinya mengharuskan selalu berdebat atau beradu argumen, misalnya seorang pengacara atau pejabat yang memiliki banyak bawahan.
Keris Sempono Bungkem juga banyak dicari oleh orang-orang yang sedang terjerat masalah hukum atau masalah hutang piutang karena mereka percaya dengan memiliki Keris Sempono Bungkem sebagai sarana dukungan dari sisi supranatural, maka masalah-masalah yang sedang dihadapi akan bisa selesai dengan mudah seperti filosofi bungkem, yaitu terbungkam atau tertutup.
Bahkan konon tuah Keris ini juga dapat membungkam orang yang hendak berniat jahat atau akan menagih hutang, sehingga ketika berhadapan dengan pemilik Keris Sempono Bungkem maka mulutnya seperti terbungkam atau terkunci tidak bisa berkata apa-apa dan lupa dengan tujuannya.
Itulah kehebatan dari Keris Sempono Bungkem yang menjadikan Keris ini sangat legendaris dan dicari oleh banyak orang untuk dijadikan ageman / piandel.
Baca juga: Tips memilih Keris untuk koleksi dan untuk ageman
Karena kepercayaan akan tuah atau khasiat ampuhnya itulah yang menjadikan Keris Sempono Bungkem menjadi sangat terkenal dan banyak dicari, bahkan banyak yang sampai berani membayar dengan harga (mahar) fantastis untuk ukuran sebilah Keris.
Banyaknya peminat Keris Sempono Bungkem yang rata-rata adalah orang-orang kelas atas kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan dengan cara memalsukan Keris lain menjadi Keris Sempono Bungkem.
Misalnya saja Keris Sempono luk 9 dipotong menjadi luk 7 dan kembang kacangnya ditarik / ditekan sampai menempel pada gandhiknya sehingga menjadi bungkem, atau dijadikan kembang kacang pogok agar menyerupai Keris Sempono Bungkem yang asli.
Modus lainnya adalah dengan menjual Keris Sempono Bungkem buatan baru (kamardikan) yang sudah diproses lagi agar menyerupai Keris sepuh kemudian dikatakan sebagai Keris Sempono Bungkem asli sepuh dan dijual dengan harga / mahar yang tinggi.
Praktek penipuan semacam itu sudah berlangsung sejak lama dan sampai sekarang masih tetap ada karena keuntungan yang didapatkan dari bisnis ini memang sangat menggiurkan.
Jadi jika ingin memahari Keris Sempono Bungkem sebaiknya lebih berhati-hati dan jangan mudah percaya. Jangan sampai sudah mengeluarkan banyak uang sebagai maharnya tapi yang didapat malah tidak sesuai harapan.
Baca juga: Cara mengenali ciri-ciri Keris baru dan Keris sepuh
Filosofi Keris Sempono Bungkem:
Dalam bahasa Jawa, luk 7 disebut luk "pitu" yang dalam jarwo dosok angka 7 (pitu) selalu dikaitkan dengan konsep "pitulungan" atau pertolongan, sehingga apapun yang berkaitan dengan angka 7 bagi masyarakat Jawa memiliki filosofi bahwa kita "nyuwun pitulungan" atau memohon pertolongan kepada TUHAN.
Dalam tradisi masyarakat Jawa juga banyak momen-momen tertentu yang berhubungan dengan angka 7. Sebagai contoh ketika seorang wanita hamil yang kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan, maka akan di adakan upacara selamatan (slametan) yang disebut dengan istilah "Tingkeban" atau Mitoni (tujuh bulanan).
Kemudian jika seorang bayi telah berusia 7 bulan, maka akan di adakan prosesi yang dinamakan turun tanah (tedhak siten / dun-dunan) dengan ritual-ritual tertentu yang masing-masing memiliki makna tersendiri sebagai bentuk permohonan kepada Yang Maha Kuasa.
Ilustrasi Keris Sempono Bungkem |
Tapi sayangnya, pemahaman umum yang terlanjur melekat pada Keris Sempono Bungkem adalah pada tuah atau khasiatnya yang dipercaya dapat membungkam atau menundukkan lawan bicara.
Artinya, orang lain akan mendengarkan dan patuh pada semua kata-kata pemilik Keris ini, tunduk pada perintahnya dan tidak akan berani membantah ucapannya.
Tapi jika kita mau mengkaji lebih dalam tentang makna atau filosofi dari Keris Sempono Bungkem, sebetulnya ada sebuah "piwulang" atau ajaran tersirat dari Keris ini, yaitu mengajarkan kita untuk belajar diam.
Manusia mau tidak mau akan selalu terkait dengan hukum sebab-akibat. Diam seharusnya tidak sekedar akibat, tapi diam seharusnya justru membuktikan laku hidup pada segala situasi, yaitu diam untuk menenangkan, membersihkan dan menjernihkan hati.
Diam juga merupakan bagian penting dari sebuah komunikasi untuk mendengarkan orang lain. Keadaan ini juga sekaligus memberi ruang bagi kita untuk berpikir dan juga menanggapi.
Diam mengandung kehendak refleksi, karena diam itu adalah olah kesabaran, diam mengajarkan kita untuk mawas diri, diam itu mengejawantah diri karena langit tidak perlu bersusah payah untuk menjelaskan bahwa dirinya tinggi, dan sampah tidak perlu mengatakan bahwa dirinya kotor.
Baca juga: Cara merawat khodam Keris pusaka agar tetap aktif
Demikian sedikit informasi tentang filosofi dan tuah Keris Sempono Bungkem yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar Keris pusaka, dapat dibaca pada artikel Harta Langit yang lain.
Semoga bermanfaat
Terima kasih
Post a Comment for "Filosofi dan Tuah Keris Sempono Bungkem"