Keris merupakan piandel bagi orang Jawa
Keris |
Hartalangit.com - Piandel adalah sebuah keyakinan dan kepercayaan yang termanifestasi dalam wujud berbagai benda pusaka yang penuh misteri dan sarat makna yang harus dipahami dan dimengerti dengan pemahaman yang benar dan mendalam.
Kepercayaan tersebut bukan merupakan sesuatu untuk disembah atau dipuja, tetapi hanya merupakan sebuah media yang berisi do'a, harapan, ajaran, dan tuntunan hidup bagi orang Jawa yang termaktub dalam "Sangkan paraning dumadi, sangkan paraning pambudi, dan manunggaling kawula Gusti". Piwulang-piweling tersebut dikemas secara halus dan tersirat dalam bentuk sebilah Keris.
Baca juga: Keris sejatinya adalah media do'a dan harapan dari pemiliknya
Memaknai Keris sama halnya dengan memaknai Wayang yang syarat akan makna dan perlambang tentang tuntunan hidup. Akan tetapi pemahaman dan pengertian mengenai kedua benda tersebut sangat tergantung dari seberapa luas cakrawala dan pengalaman dalam hidup dan kehidupan dari setiap individu.
Karena pada zaman sekarang ini hanya segelintir orang yang mampu memahami ajaran luhur yang terkandung dalam sebilah Keris dan Wayang, bahkan ada sebagian orang yang memberikan stigma negatif dengan label syirik pada benda-benda pusaka yang penuh makna dan perlambang yang merupakan peninggalan adiluhung dari leluhur kita yang sangat berjasa membawa ajaran Islam ke tanah Jawa.
Padahal jika kita pahami, syirik hanya berlaku untuk orang-orang yang tidak memahami bahwa ALLAH adalah Sang Pencipta kehidupan, dan semua mahluk di jagad raya ini adalah ciptaan-NYA, lalu apakah mungkin mahluk bisa menandingi pencipta-NYA..???
Jin dan Iblis adalah mahluk ciptaan TUHAN seperti halnya Manusia, mereka juga adalah mahluk ciptaan TUHAN yang ditakdirkan untuk ada Dunia ini.
TUHAN bisa dan berhak berbuat apapun pada mahluk-mahluk ciptaan-NYA. Kehendak-NYA tidak bisa dicegah atau dilawan oleh siapapun. Jika Jin dan Iblis bisa mengabulkan permintaan Manusia, itu semua karena memang TUHAN menghendaki hal itu terjadi, dan TUHAN-lah yang mewujudkannya dengan perantara para mahluk-NYA, karena sejatinya kehidupan ini mutlak skenario TUHAN, jika seseorang telah dapat memahami hal itu, maka tidak ada lagi istilah syirik baginya.
Baca juga: Keris dan Syirik
Jadi dalam menilai Keris tergantung pada "Kadhewasaning Jiwa Jawi" atau kedewasaan orang dalam berfikir dan bersikap secara arif dan bijaksana. Semakin orang itu kaya pengalaman rohani (Spiritual), maka semakin dia mampu dalam menjabarkan apa makna dan maksud yang tersirat pada sebilah Keris.
Fungsi Keris di setiap peradaban:
• Pada awalnya, ketika orang Jawa masih pada peradaban berburu, Keris merupakan alat untuk berburu (mencari hidup).
• Kemudian ketika Manusia mulai menetap dan bersosialisasi dengan sesamanya, Keris menjadi alat untuk berperang (mempertahankan hidup).
• Lalu setelah tidak lagi diperlukan peperangan dan Manusia mulai berbudaya, Keris menjadi senjata kehidupan (tuntunan hidup), yaitu senjata untuk mengasah diri menjadi orang yang lebih arif sehingga dapat mencapai penyatuan diri dengan Pencipta-NYA (Manunggaling Kawulo Gusti). Hal ini sangat nyata ditunjukkan dalam lambang-lambang yang tersirat pada ricikan dan bentuk dari sebilah Keris.
Ilmu Keris adalah ilmu lambang:
Untuk dapat mengerti dan memahami bahasa lambang adalah dengan mengandalkan rasa, bukan hanya dengan kemampuan intelektual. Jadi, sangat keliru jika memahami Keris secara dangkal sebagai sebuah benda yang berkekuatan magis untuk mengangkat derajat dan martabat Manusia. Anggapan tersebut sudah menyimpang dari tujuan awal dibuatnya Keris.
Keris menjadi pusaka karena adanya makna atau lambang-lambang didalamnya yang dibuat sebagai tuntunan bagi pemiliknya agar hidup secara benar, baik dan seimbang.
Bagi orang Jawa, hidup selalu penuh perlambang yang masih samar-samar dan perlu dicari serta ditemukan maknanya melalui berbagai laku, tirakat, maupun dalam berbagai aktivitas sehari-hari, misalnya:
• Dalam bentuk makanan, seperti tumpeng, ketupat, bubur merah-putih, jenang, jajanan pasar, dan lainnya yang semuanya memiliki makna tersendiri.
• Dalam bentuk bangunan, seperti bentuk joglo, limasan, gapura, dan bentuk-bentuk lainnya yang juga mewakili makna-makna tertentu.
• Dalam bentuk pusaka, seperti Keris dan Tombak dengan berbagai bentuk, ricikan, jumlah luk, pamor, dan lainnya yang sarat akan makna dan tuntunan hidup.
Dalam benda-benda tersebut tersimpan sebuah isyarat berupa pesan dan piwulang serta wewler yang diperlukan Manusia untuk mengarungi kehidupan di Dunia ini sampai pada saatnya nanti kembali pada Sang Pencipta.
Pesan-pesan dan piwulang tersebut sengaja disampaikan secara halus dan tersirat melalui benda-benda tersebut mengingat pada masa itu adalah masa peralihan tradisi, budaya, dan kepercayaan.
Baca juga: Ajaran tersirat dari sebilah Keris
Dalam tradisi budaya Jawa, ada sebuah pemahaman "Bapa tapa, anak nampa, putu nemu, buyut katut, canggah kesrambah, mareng kegandeng, uthek-uthek gantung siwur misuwur". Artinya jika orang tua melakukan tirakat maka hasilnya tidak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri dan anak-anaknya, tapi akan dirasakan juga oleh semua keturunannya.
Oleh karena itu, orang Jawa diajarkan untuk selalu hidup prihatin, "Eling lan waspada", hidup penuh laku dan harapan. Semua laku, tirakat, doa, harapan, cita-cita, restu, ajaran sekaligus tuntunan itu diwujudkan oleh para leluhur orang Jawa dalam wujud sebilah Keris dengan berbagai macam dhapur, ricikan, bentuk (luk dan lurus), jumlah luk, serta berbagai motif pamor yang semuanya mengandung makna yang luhur.
Keris dan Tosan aji lainnya seharusnya tidak hanya dilihat dari wujud fisiknya saja sebagai sebuah senjata, tapi harus dilihat dengan pemahaman yang mendalam agar Manusia mengerti bahwa senjata hidup dan kehidupan yang sebenarnya adalah sebuah kearifan untuk selalu mengasah diri dalam olah batin (Spiritual).
Oleh karena itu, orang Jawa menamakan Keris dengan sebutan Piandel (Sipat kandel), karena Keris merupakan manifestasi do'a, harapan, cita-cita, dan tuntunan hidup yang di wakilkan melalui dhapur, bentuk (luk dan lurus), ricikan, jumlah luk, pamor, besi dan baja yang dibuat dan dibabar oleh Empu Keris melalui berbagai laku tirakat, prihatin, puasa, dan senantiasa memuji kebesaran TUHAN agar apa yang dipanjatkankannya kepada Yang Maha Kuasa melalui sebilah Keris yang dibuatnya tersebut mendapat restu serta ridho dari Yang Maha Kuasa.
"Niat ingsun nyebar ganda arum, tyas manis kang mantesi, ruming wicara kang mranani, sinembuh laku utama". Artinya: "Tekadku menyebarkan keharuman nama berlandaskan hati yang pantas, berbicara dengan baik, enak didengar, dan pantas dipercaya, sembari menjalankan laku keutamaan".
Namun meski demikian, Keris tetaplah sebuah benda mati, dan orang Jawa pun tidak terjebak dalam pemahaman yang keliru tentang pusaka, karena para leluhur orang Jawa telah mengingatkan:
• Janjine dudu jimat kemat, ananging agunging GUSTI kang pinuji.
Artinya: Janji bukan jimat, melainkan keagungan TUHAN-lah yang harus diluhurkan.
• Nora kepengin misuwur karana peparinge leluhur, ananging tumindak luhur karana piwulange leluhur.
Artinya: Tidak ingin terkenal lantaran warisan leluhur, melainkan bertindak luhur karena melaksanakan nasihat dari para leluhur.
Oleh karena itu, sejatinya Keris bukanlah sebuah jimat, tetapi lebih sebagai piandel sebagai sarana berbuat kebajikan dan memuji keagungan TUHAN bagi yang memahaminya, bagi yang mengerti sejatinya hidup dan kehidupan.
Baca juga: Makna Keris bagi orang Jawa
Demikian sedikit informasi tentang Keris merupakan piandel bagi orang Jawa yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar benda-benda pusaka, dapat dibaca pada artikel Harta Langit yang lain.
Semoga bermanfaat
Terima kasih
Post a Comment for "Keris merupakan piandel bagi orang Jawa"