Ciri dan Mitos Perkutut Katuranggan Sriwiti
Hartalangit.com – Bagi para penggemar Perkutut lokal, terutama bagi yang percaya pada katuranggan / ciri mathi tentunya sudah tidak asing dengan Perkutut katuranggan Sriwiti.
Perkutut katuranggan Sriwiti memiliki ciri khusus pada lehernya yang panjang dan melengkung seperti ular Kobra sehingga Perkutut ini juga sering disebut Perkutut leher Kobra.
Ketika bertengger badannya tampak tegak dengan kepala melengkung menyerupai ular Kobra dan ekornya tegak lurus kebawah. Perilakunya sangat tenang dan suka berdiam lama ditangkringan dengan sorot mata tajam menatap kedepan.
Perkutut katuranggan Sriwiti banyak dicari oleh para penggemar Perkutut katuranggan karena dipercaya sebagai salah satu burung Perkutut yang memiliki yoni atau kekuatan ghaib, bahkan konon Perkutut ini bisa berubah menjadi ular pada waktu-waktu tertentu.
Untuk mengetahui tuah atau angsar dari Perkutut katuranggan tentunya kita harus memahami dulu apa makna dan maksud dari katuranggan tersebut sehingga kita bisa paham kenapa Perkutut tersebut diyakini memiliki tuah tertentu.
Kepercayaan tentang Perkutut katuranggan Sriwiti yang konon bisa berubah menjadi ular berkaitan dengan legenda Dewi Sri dan Raden Sadono, yaitu kakak beradik yang dikutuk oleh ayahnya menjadi ular sawah dan burung sruwiti / sriti / walet.
Dalam tradisi masyarakat Jawa, Dewi Sri dan Raden Sadono merupakan simbol kesuburan dan kemakmuran yang digambarkan dengan sepasang patung Loro Blonyo sebagai penggambaran dari kedua sosok tersebut.
Patung Loroblonyo |
Dalam tradisi Jawa, patung ini sering dipasang didepan senthong / kamar tengah didalam rumah Jawa (Joglo). Hal ini berhubungan dengan fungsi magis tertentu dari bilik rumah Jawa (Joglo) tersebut.
Baca juga: Sejarah dan Mitos Patung Loro Blonyo
Patung Loro Blonyo diyakini sebagai penjelmaan dari pasangan harmonis Dewi Sri dan Raden Sadono sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran serta keharmonisan rumah tangga.
Salah satu versi menjelaskan bahwa patung Loro Blonyo adalah Dewi Sri dan Raden Sadono yang merupakan titisan Syiwa dan Laksmi atau Wisnu dan Dewi Uma, menjadi Candra Kirana dan Inu Kertapati, atau nama lain dari Kamajaya dan Kamaratih.
Simbolisme patung dikatakan dapat menjadi sarana menyeimbangkan nilai sosial budaya Jawa. Loro Blonyo tidak sekedar patung tetapi dianggap dapat menyelaraskan kosmis.
Dewi Sri merupakan simbolisasi ibu yang melahirkan kesuburan tanaman dan Sadono melahirkan kepatutan sandang dan busana. Hal ini dikatakan merupakan pasangan kesimbangan kosmis yang dilambangkan dengan lingga dan yoni.
Jadi, Perkutut katuranggan Sriwiti merupakan simbol kesuburuan dan kemakmuran. Dari makna Sriwiti itulah kemudian Perkutut ini dipercaya memiliki tuah untuk kesuburan, kemakmuran dan keharmonisan bagi orang yang memeliharanya.
Semua jenis katuranggan Perkutut memiliki makna dan maksud tertentu yang merupakan pesan atau nasehat sebagai tuntunan hidup yang juga berkaitan dengan kepercayaan akan tuahnya.
Jadi, kepercayaan tentang tuah Perkutut katuranggan harus dipahami dengan pemahaman yang mendalam dan dengan kedewasaan pikir agar tidak salah kaprah dalam memahami makna dan maksudnya.
Tuah yang dimaksud sebetulnya adalah petuah-petuah bijak dari para leluhur terdahulu yang bisa dijadikan sebagai tuntunan hidup, karena nama Perkutut itu sendiri merupakan singkatan dari "Perkoro kang kudu ditut" atau perihal yang harus di ikuti.
Demikian sedikit informasi tentang ciri-ciri, mitos, filosofi dan tuah Perkutut katuranggan Sriwiti yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar Perkutut katuranggan, dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.
Tonton juga videonya:
Video YouTube - Harta Langit Channel
Semoga bermanfaat
Terima kasih
Post a Comment for "Ciri dan Mitos Perkutut Katuranggan Sriwiti"