Pengertian Tentang Keris Kinatah, Sinarasah dan Kamalan
Hartalangit.com – Bagi para penggemar Tosan Aji tentu sudah tidak asing dengan istilah Keris kinatah dan sinarasah, yaitu Keris yang diberi hiasan-hiasan tertentu dari bahan logam seperti emas, perak, kuningan, tembaga atau suasa dengan tujuan untuk memperindah penampilan bilahnya.
Berikut ini penjelasan tentang Keris kinatah, sinarasah dan kamalan:
1. Pengertian kinatah
Kinatah berasal dari kata tatah atau tinatah (Jawa) yang artinya ditatah, kemudian dalam dunia perkerisan berubah menjadi istilah kinatah.
Yang dimaksud kinatah adalah memberikan hiasan/relief timbul pada Keris dengan menggunakanjenis logam lain seperti emas, perak, tembaga, kuningan atau suasa.
Pola hiasan untuk kinatah biasanya menggunakan stilasi tumbuhan seperti daun atau bunga yang merambat, stilasi wajah Manusia, stilasi wajah raksasa (makoro), stilasi hewan,dan bentuk-bentuk rajah atau aksara.
Dari literatur yang ada, pada jaman dulu Keris dengan kinatah emas atau perak menunjukkan status sosial pemiliknya, yaitu orang-orang dari kalangan bangsawan, orang-orang kaya dan orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di pemerintahan.
Tapi secara umum pemberian kinatah pada sebilah Keris sebetulnya lebih menunjukkan kemampuan ekonomi dan selera seni pemiliknya. Karena jika melihat Keris-Keris pusaka milik Kraton Yogyakarta sebagian justru tidak diberi kinatah.
Sedangkan Keris-Keris dari Kraton Yogyakarta yang dijadikan sebagai hadiah atau souvenir untuk Negara lain justru diberi kinatah emas dengan motif hiasan yang indah dan mewah.
Tapi khusus untuk kinatah yang menunjukkan condro sengkolo seperti kinatah Gadjah Singo pada Keris-Keris Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo memang dibuat untuk menunjukkan jasa serta status sosial pemiliknya.
Baca juga: Makna kinatah Gajah Singo pada Keris
Keris yang diberi hiasan kinatah emas dan perak rata-rata memiliki nilai yang lebih tinggi secara ekonomis dibanding Keris yang tanpa kinatah karena proses pembuatan kinatah memerlukan keahlian khusus dan harga logam mulia yang digunakan juga cukup tinggi.
Penilaian terhadap Keris kinatah yang perlu menjadi pertimbangan antara lain: estetika pembuatan kinatah, jenis logam yang digunakan dan banyaknya bagian Keris yang diberi kinatah.
Proses pembuatan kinatah ada dua macam, yang pertama adalah dengan melukai/menggaris/mencacah bagian bilah atau gonjo Keris yang direncanakan akan diberi kinatah dengan tujuan untuk pengikat logam emas/perak agar bisa menempel.
Proses selanjutnya adalah memberikan lapisan emas (awal) pada bagian tersebut, kemudian emas yang sudah dipola hias dengan motif tertentu disatukan dengan lapisan emas yang sudah ditempelkan pada bilah Keris. Jadi pola hias yang direncanakan dari bahan emas atau perak sudah dipersiapkan terlebih dulu.
Tahnik kinatah yang Kedua adalah dengan membentuk pola/relief hias pada bagian bilah/gonjo Keris secara langsung. Bentuk pola/motif sudah langsung jadi dan tergurat pada bilah sebelum diberi lapisan emas atau perak.
Setelah pola pada bilah atau gonjo Keris selesai dibuat, baru diberikan emas/perak pada pola yang sudah ada dengan cara mirip seperti las/patri mengikuti bentuk pola yang sudah dibuat. Jadi prinsipnya hanya melapisi pola yang sudah ada, bukan menutup relief.
Perbedaan dari kedua tehnik kinatah tersebut, yaitu pada tehnik pertama pola hias lepas dari bilah/gonjo Keris sehingga jika lapisan emas atau peraknya mengelupas karena aus, maka bentuk pola sebelumnya tidak akan terlihat lagi pada bilah atau gonjo Keris. Tehnik ini juga memerlukan bahan emas/perak yang cukup banyak.
Tehnik kinatah seperti ini lebih mengandalkan kemampuan dan citarasa seni dari pembuatnya. Sebagian besar pembuatan kinatah pada masa lalu (sebelum abad 20) rata-rata menggunakan tehnik ini dan sampai sekarang masih digunakan pada pembuat kinatah Keris di Yogyakarta maupun Surakarta.
Baca juga: Ciri khas dan keistimewaan Keris Surakarta
Sedangkan untuk tehnik kinatah yang kedua, jika lapisan emas atau peraknya lepas maka motif/pola hiasnya masih terlihat pada bilah atau gonjo Keris. Pembuatan pola hias biasanya akan dilakukan sendiri oleh Mpu pembuat Keris, sedangkan untuk melapisi emas/perak diserahkan kepada orang lain yang ahli kinatah.
Logam emas/perak yang digunakan pada tehnik kinatah ini relatif lebih sedikit. Proses pembuatan kinatah dengan tehnik ini masih banyak dilakukan pada Keris-Keris baru/Kamardikan.
Tehnik kinatah yang pertama akan menghasilkan tampilan yang cenderung “byor” dan terkesan mewah dibanding tehnik kinatah kedua.
Dari segi nilai, Keris dengan tehnik kinatah pertama cenderung lebih tinggi dibanding Keris dengan tehnik kinatah yang kedua karena jumlah bahan emas atau perak yang digunakan pada tehnik kinatah yang pertama lebih banyak dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya juga lebih tinggi.
Baca juga: Proses panjang pembuatan sebilah Keris
Berdasarkan banyaknya bagian yang diberi kinatah kemudian memunculkan istilah-istilah tersendiri, antara lain:
- Wedono siji: Jika yang diberi kinatah hanya 1 bagian saja, yaitu dibagian bawah gonjo.
- Wedono loro: Jika yang diberi kinatah ada 2 bagian, yaitu samping kiri dan kanan gonjo atau bagian gandhik saja.
- Wedono telu: Jika yang diberi kinatah ada 3 bagian, yaitu bagian bawah gonjo ditambah pada bagian samping kiri dan kanan gonjo.
- Wedono limo: Jika yang diberi kinatah ada 5 bagian, yaitu bagian bawah gonjo, samping kiri dan kanan gonjo dan pada bagian gandhik.
-Wedono pitu: Jika yang diberi kintah ada 7 bagian, yaitu meliputi bagian-bagian pada wedono limo ditambah 2 bagian lagi diatas gandhik kiri kanan.
- Wedono songo: Jika yang diberi kibatah ada 9 bagian, yaitu meliputi wedono pitu ditambah lagi pada bagian samping kiri dan kanan wadidang.
- Wedono sewelas: Jika yang diberi kinatah ada 11 bagian, yaitu meliputi bagian-bagian pada wedono songo ditambah pada bagian bilah kiri dan kanan sampai kurang lebih 2/3 bagian bilah ke atas.
Baca juga: Wahyu Keris Pusaka Keraton
2. Pengertian sinarasah
Sinarasah adalah tehnik menghias bilah Keris dengan cara membuat alur/guratan pada bilah atau gonjo Keris dengan pola tertentu untuk di isi dengan emas atau perak.
Berbeda dengan kinatah, hasil proses dari sinarasah emas atau perak ini tidak timbul. Cara paling mudah untuk membedakannya adalah dengan meraba hiasannya.
Jumlah bahan pelapis (emas/perak) sangat tergantung dari kedalaman guratan dan luasnya bidang yang diserasah.
Motif yang umum digunakan adalah motif tumbuhan, rajah dan huruf. Dari segi estetika, secara umum hasil dari tehnik sinarasah tidak sebaik tehnik kinatah dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya juga tidak setinggi tehnik kinatah.
Inilah yang membuat Keris dengan kinatah nilainya relatif lebih tinggi dibanding Keris yang menggunakan tehnik sinarasah.
3. Pengertian kamalan (etsa)
Etsa dapat diartikan membuat hiasan timbul pada bilah Keris. Prosesnya melalui tehnik kamalan, yaitu gambar/hiasan yang direncanakan dilukis menggunakan bahan tertentu seperti cat, lilin, atau bahan lainnya kemudian bilah Keris direndam dalam larutan asam.
Dalam jangka waktu tertentu bagian bilah Keris yang tidak dilindungi bahan pelindung akan aus terkisis cairan kimia, sedangkan bagian yang terlindungi akan tetap utuh karena tidak terkikis oleh cairan asam sehingga menjadi timbul.
Pada tahun 1980-an tehnik ini banyak digunakan dan motif yang sering dibuat dengan tehnik kamalan, antara lain berupa rajah, gambar wayang, huruf Jawa dan huruf Arab.
Tehnik kamalan juga sering digunakan untuk menghaluskan bilah Keris yang baru jadi dan sering disalah gunakan untuk memproses Keris-Keris baru agar terlihat seperti Keris tua/sepuh.
Ilustrasi Keris Prosesan (Kamalan) |
Demikian sedikit informasi tentang pengertian Keris kinatah, sinarasah dan kamalan yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar Keris pusaka dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.
Semoga bermanfaat
Terima kasih
Post a Comment for "Pengertian Tentang Keris Kinatah, Sinarasah dan Kamalan"