Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti
Hartalangit.com – Sejak Manusia diciptakan, TUHAN selalu menyertai Manusia sebagai mahluk ciptaan paling sempurna yang diutus menjadi kepanjangan tangan TUHAN untuk mengatur dunia supaya bisa hidup rukun dengan sesama dan selaras dengan alam semesta (Hamemayu Hayuning Bawono) serta untuk memuliakan nama TUHAN.
Karena kasih sayang TUHAN (Katresnan Dalem Gusti), maka DIA tidak otoriter, tetapi menjadikan Manusia sebagai pribadi utuh yang diberi kebebasan. Kebebasan inilah yang membuat perjalanan hidup Manusia menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.
Baca juga: Penyebab musnahnya tradisi Kejawen
Upaya diri pribadi Manusia yang terbuka hatinya menanggapi ajaran “Manunggaling Gusti Kawulo” ini dilakukan secara sendiri-sendiri atau berkelompok dengan cara-cara tertentu sehingga menghasilkan ngelmu klenik yang disebut ajaran (piwulang atau kawruh) “Manunggaling Kawulo Gusti”, sebagai berikut:
1. Sesungguhnya pengetahuan Manusia tentang “dirinya sendiri” masih sangat dangkal daripada “diri sejati” yang diberikan Sang Pencipta, atau dengan kata lain Sang Pencipta mengenal diri Manusia lebih baik daripada Manusia mengenal dirinya sendiri. TUHAN menyayangi dan menyasihi Manusia lebih dari Manusia menyayangi dan mengasihi dirinya sendiri.
2. Perbuatan-perbuatan yang selama ini dilakukan Manusia untuk TUHAN, sesama dan alam semesta yang menurut Manusia sudah baik ternyata masih sebatas ragawi yang kasat mata penuh pamrih dan pilih kasih (mbancindhe mbansiladan) dan hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Contohnya: Ketika seseorang beribadah kepada TUHAN, ia menganggap bahwa apa yang dilakukannya tersebut sudah cukup, oleh karena itulah sikap dan perbuatan sehari-harinya tidak berubah, masih tetap melakukan kekerasan, pemarah, memaksakan kehendak, menyakiti orang lain dan lain sebagainya, karena perbuatan atau ibadah yang dilakukannya hanya bersifat normatif, agamis, bukan dari hati sejati.
Demikian juga ketika perbuatan baik kepada sesama tidak mendapatkan balasan atau tanggapan yang semestinya, maka ia akan merasa kecewa, marah, tersinggung, dan perasaan-perasaan negatif lainnya.
Padahal kasih sayang yang diteladankan TUHAN tidak pernah menuntut balasan dan tidak pilih kasih.
Semua yang ada di alam semesta ini diciptakan-NYA untuk Manusia tanpa meminta balasan apapun, misalnya seperti oksigen, matahari, air, tumbuhan, dan lainnya semua bisa dimanfaatkan tanpa membedakan status, warna kulit, agama, dan lain sebagainya.
Bahkan semua perintah-perintah TUHAN semuanya untuk kepentingan dan kebaikan Manusia karena TUHAN tidak memerlukan apapun dari mahluk-NYA, TUHAN akan tetap menjadi TUHAN Yang Maha Kuasa dan yang memiliki segalanya meskipun Manusia tidak menyembah-NYA.
Baca juga: Makna sembahyang dalam ajaran Kejawen
3. Untuk menggali kesadaran diri sejati diperlukan keyakinan sejati kepada TUHAN. Keyakinan sejati berarti berserah diri tanpa syarat, melepaskan nafsu ingin memiliki dan segala kemauan kepada kehendak TUHAN, semua yang ada dipersembahkan sebagai alat-NYA dan untuk memuliakan nama-NYA.
4. Niat berserah diri atau pasrah kepada TUHAN hanya dapat diwujudkan dengan laku batin meneng atau diam terpusat di hati, tersenyum, tenang, melepaskan semua ketegangan tubuh dan pikiran.
Laku meneng mengarahkan hati kepada TUHAN dilakukan secara tekun tanpa target, tanpa pamrih dan tidak memaksakan diri agar batin menjadi wening (jernih).
Rasa ati wening ini akan menumbuhkan kesadaran hati sejati bahwa TUHAN sungguh hadir mengasihi dirinya. Buah dari hati sejati menjadi dunung (mengerti) bahwa hidupnya harus menyatu dengan Sang Pencipta.
5. Kesadaran tentang Manunggaling Kawulo Gusti berarti harus mau meneladani kasih sayang-NYA yang di ungkapkan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi semakin berbelas kasih kepada sesama dan alam semesta, memaafkan kesalahan orang lain, menyesal dan mohon maaf kepada TUHAN dan sesama atas segala kesalahan yang membuat hatinya resah, menerima orang lain dan keadaan/peristiwa seperti apa adanya, tidak akan mempengaruhi orang lain dengan paksa, merubah sikap kekerasan menjadi tanpa kekerasan, dari permusuhan menjadi damai, dari hidup dengan berbagai kepalsuan menjadi jujur dan apa adanya, dari sombong, egois dan menonjolkan diri menjadi rendah hati dan peka akan perasaan orang lain, dari serakah menjadi ikhlas untuk berbagi, berbela rasa, menjaga dan melestarikan alam semesta, tidak pernah mengadili orang lain, mengkritik, memaksakan kehendak, dan perilaku-perilaku negatif lainnya.
Ajaran spiritual Manunggaling Kawulo Gusti ini harus bermuara pada sikap hormat atau ngajeni sesamining gesang (menghormati dan menghargai sesama). Sikap ini akan membuahkan relasi welas asih sejati terhadap sesama.
6. Laku batin mutlak harus dilakukan karena tanpa laku batin yang terpusat di hati (bukan konsentrasi pikiran yang menegangkan), maka seseorang hanya akan mengerti sebatas wacana dan tidak dapat menghayati.
TUHAN hanya dapat di abdi dengan cinta dalam perbuatan nyata, tidak hanya dipikirkan. Hanya dengan perbuatan belas kasih sejati kita akan bisa mengenal TUHAN, dan jika hanya dengan pikiran tidak akan mungkin bisa karena untuk dapat menanggapi kasih sayang-NYA diperlukan ketekunan olah batin yang di awali dengan senyum, tenang, menghilangkan ketegangan tubuh dan pikiran tanpa memaksakan diri agar bisa menyadari kehadiran-NYA.
7. Sikap percaya dan berserah diri manunggal dengan TUHAN bisa di andaikan sebagai hak dan kewajiban. Ketika Manusia telah memenuhi kewajibannya dengan baik pasti akan memperoleh haknya.
Jika kita memiliki keyakinan sejati kepada TUHAN, mengarahkan hati sejati kepada-NYA yang di ungkapkan dengan perbuatan baik penuh welas asih, maka dalam kehidupan ini kita akan selalu tegar dan dapat menerima setiap keadaan tanpa harus melawan dengan memaksakan kehendak.
Segala sesuatu yang negatif dari luar dirinya akan diterima dengan senyum karena percaya bahwa kuasa welas asih dan katresnan Dalem Gusti yang berkarya, dan selalu di iringi ucapan syukur.
Tidak ada rasa iri hati, takut, kuatir, tegang, dihantui rasa bersalah, dan tetap yakin bahwa TUHAN akan mengatur dan memberikan kesejahteraan sejati bagi hidupnya. Demikian juga ketika berdoa memohon kepada-NYA selalu dengan keyakinan bahwa segala permohonannya telah dikabulkan.
Semua ini akan membuahkan rasa bahagia, berani menghadapi kenyataan hidup, selalu bersyukur dalam segala kondisi (sumringah bingah, menapa menapa wantun, syukur lan beja ingkang langgeng).
8. Seseorang yang sudah mampu menjalani hidup menyatu dengan TUHAN atau “Manunggaling Kawulo Gusti” berarti sudah menanggapi “Manunggaling Gusti Kawulo” dengan baik, sehingga akan menjadikannya sehat secara psikis karena selalu berpikir positif dan tenang atau sareh.
Secara emosi juga akan menjadi lebih sabar, tidak pemarah, tidak pernah putus asa, tidak merasa kecewa dan tidak mudah tersinggung karena yakin bahwa semua hal-hal negatif dari luar tidak akan mempengaruhi dirinya (nyawang karep).
Secara sosial juga akan menjadi lebih mudah bergaul dan menerima orang lain dengan keadaan seperti apa adanya tanpa menimbulkan emosi negatif. Dan pada akhirnya, semua sikap positif tersebut akan membuat tubuh/fisik menjadi sehat karena metabolisme tubuh menjadi normal tanpa diganggu emosi negatif yang mengakibatkan peredaran darah tidak lancar, detak jantung tidak teratur, dan tekanan darah naik.
9. Meskipun ajaran ini tentang relasi pribadi Manusia dengan TUHAN, tetapi sesungguhnya memiliki nilai sosial dan kemanusiaan yang tinggi, karena sikap berserah diri kepada TUHAN selalu di ungkapkan dengan perbuatan belas kasih kepada sesama dan alam semesta dengan hati sejati sebagai landasannya.
Ajaran ini juga merupakan upaya untuk mengakhiri kekerasan, karena sesungguhnya kekerasan yang dilawan dengan kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan baru.
Ajaran “Manunggaling Kawulo Gusti” sangat tepat menjadi bekal hidup dijaman sekarang ini dimana Manusia hanya dibiasakan menggunakan otak kiri/kognisi yang menarik Manusia kepada hitung-hitungan tambah dan kurang, konsumtif, hedonisme, normatif yang hanya bersifat ragawi dan kasat mata tanpa dilandasi hati sejati. Akibatnya Manusia ingin cepat mendapatkan hasil secara instant dan mengabaikan proses.
Semua sikap itu, disadari atau tidak akan mempengaruhi kehidupan spiritual keagamaan, persaingan, kalah menang, pembenaran diri, egoisme yang berbuntut konflik dengan kedok agama, suku dan ras, penguasaan sumber daya alam tanpa ada kemauan melestarikan dan berbagi, kekerasan dan perilaku negatif lainnya yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan sejati yang adil dan beradap.
Demikian sedikit informasi tentang ajaran Manunggaling Kawulo Gusti yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar dunia spiritual dan supranatural, dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.
Semoga bermanfaat
Terima kasih
Post a Comment for "Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti"