Perbedaan Perkutut Mercujiwo dan Perkutut Mercuci
Hartalangit.com – Banyak yang beranggapan jika Perkutut katuranggan Mercujiwo sama dengan Perkutut katuranggan Mercuci, padahal keduanya memiliki ciri-ciri serta filosofi yang berbeda.
Perkutut katuranggan Mercujiwo memiliki ciri khusus pada iris matanya yang berwarna kuning dan bulu pada bagian duburnya juga berwarna kekuningan. Perkutut ini termasuk cukup langka dan dinilai baik untuk dipelihara. Tapi sifatnya pemilih, artinya tidak semua orang cocok memeliharanya.
Mercu Jiwo artinya jiwa yang luhur, matanya yang berwarna kuning melambangkan kharisma, kebijaksanaan dan juga kebahagiaan.
Pesan tersirat dari katuranggan Mercu Jiwo, yaitu agar orang yang memiliki Perkutut ini dapat memandang segala sesuatu secara bijak dengan jiwa yang luhur penuh welas asih.
Jika dilihat dari penampilannya, Perkutut katuranggan Mercu Jiwo memang memiliki kharisma tersendiri dengan matanya yang berwarna kuning dan sorot mata yang tajam tampak sangat berwibawa.
Perkutut ini dipercaya memiliki tuah untuk manambah kharisma dan kewibawaan serta dapat membawa kebahagiaan bagi pemiliknya.
Pada jaman dahulu, Perkutut katuranggan Mercu Jiwo merupakan burung peliharaan Raja atau para pemimpin sebagai sarana untuk menambah kewibawaan agar lebih dihormati oleh rakyat dan bawahannya.
Seperti halnya Perkutut katuranggan yang lain, Perkutut Mercujiwo juga memiliki makna filosofi sebagai pitutur atau wejangan tersirat bagi pemiliknya, terutama bagis para pemimpin.
Seorang pemimpin harus memiliki jiwa yang luhur dan bijaksana serta harus bisa mengayomi dan bersikap adil tanpa membeda-bedakan suku, golongan maupun agama.
Dengan memiliki jiwa yang luhur penuh cinta kasih, maka seorang pemimpin akan dihormati dan dicintai oleh rakyatnya serta akan mendapatkan kebahagian dan kemuliaan yang sejati.
Baca juga: 7 Perkutut peliharaan Raja dan para pemimpin
Sedangkan Perkutut katuranggan Mercuci memiliki ciri khusus pada matanya yang berwarna kuning dan sipit seperti wayang bambangan.
Dalam bahasa pewayangan, bambang atau bambangan memiliki arti wajah yang luruh atau menunduk, tidak melotot dan tidak mendongak.
Wayang bambangan menggambarkan tokoh ksatria berparas tampan dengan budi pekerti luhur, lembah manah, bijaksana, sopan dan selalu memberi.
Perkutut katuranggan Mercuci termasuk sangat langka dan di nilai baik untuk di pelihara. Perkutut ini di percaya memiliki tuah untuk maningkatkan kharisma dan kerejekian, sehingga orang yang memelihara Perkutut ini akan di sukai oleh banyak orang dan mudah dalam mencari rejeki.
Mercu artinya luhur, sedangkan Ci dalam bahasa Sansekerta artinya cahaya. Jadi, Mercuci bisa di artikan cahaya keluhuran atau cahaya kebijaksanaan.
Seperti halnya Perkutut katuranggan yang lain, Perkutut katuranggan Mercuci juga memiliki filosofi yang berkaitan dengan kepercayaan akan tuahnya.
Perkutut Mercuci memiliki makna sebagai pitutur atau wejangan tersirat bagi pemiliknya. Jika ingin disukai oleh banyak orang dan mudah dalam mencari rejeki maka bersikap dan berlakulah seperti karakter wayang bambangan. Yaitu berbudi pekerti luhur, lembah manah, bijaksana, sopan dan selalu memberi.
Dengan memahami filosofinya, kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka tuah Perkutut katuranggan Mercuci dapat dirasakan secara maksimal.
Tuah Perktutut katuranggan Mercuci lebih bersifat umum, yaitu untuk kharisma dan kerejekian. Sedangkan tuah Perkutut katuranggan Mercu Jiwo lebih bersifat khusus, yaitu untuk wibawa kepemimpinan.
Baca juga: Ciri dan mitos Perkutut Lurah
Demikian sedikit informasi tentang ciri-ciri perbedaan Perkutut Mercujiwo dan Perkutut Mercuci yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar Perkutut katuranggan, dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.
Tonton juga videonya:
Video YouTube - Harta Langit Channel
Dukung Harta Langit Channel dengan cara like, subscribe, komen dan share video ini agar kami dapat terus berkarya untuk mengenalkan dan melestarikan warisan budaya leluhur kita.
Semoga bermanfaat
Terima kasih
Post a Comment for "Perbedaan Perkutut Mercujiwo dan Perkutut Mercuci"